*Lembar 2 yang bernama Februari,
Memulai tahun yang baru dengan kembang api, camping, dengan kekasih dan teman teman baru.
Kembang api menjadi letupan-letupan kegembiraan, dan rupanya menjadi sebuah kejutan. Kembang api menjadi sebuah ciri khas pula bagi seorang Yudo, kekasihku. Bisa terlihat sangat meledak ledak penuh emosi atau kejutan. Bisa juga diam , mlempem.
Rupanya kejutan di awal tahun itu menjadi sebuah awal kejutan lainnya, seperti harus menerima kenyataan bahwa segala hal dalam hidup bisa berubah. Seperti kembang api yang meledak itu, ku mendengar vonis yang begitu menyesakkan , Papa mengidap sebuah penyakit kanker. Aku bahkan keluarga tidak pernah menyangka semua ini, bagai mimpi di siang bolong. Namun di balik perasaan sedih yang meliputi, selalu ada kekuatan doa dan dukungan dari berbagai pihak yang membuatku sadar bahwa meski rasanya impian dan harapan rasanya mati, namun pasti menimbulkan harapan lain yang lebih besar. Aku percaya pasti Tuhan memberikan jalan apapun itu untuk kesembuhan Papa.
Sebuah rasa yang tidak bisa aku gambarkan ketika aku sedang dalam kesepianku, aku menangis. Tidak di depan mereka apalagi Papa. Karena aku tau tugasku sekarang adalah menjaga papa, menemaninya di masa tuanya, mengarungi rasa sakit dan perih bersama. Bersama mama yang harus juga aku jaga.
Terima kasih kepada alam semesta yang selalu menyajikan kejutan atau bahkan memberikan "clue" bagi setiap perjalanan hidupku. Meski berat dan menyakitkan tapi ku kan terus berjalan, menemukan ruang kelegaan bagi setiap tetes kepedihan. Tidak ada kata yang bisa kusampaikan selain terima kasih kepada sahaba yang selalu menggandengku, mengantarkan papa makanan, menjenguk papa,dan menjadi supporter setia. Tuhan balas kebaikan kalian. Terima kasih Yudo, yang tetap disini bersamaku.